LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
A. Larutan
1. Definisi
Larutan
Larutan merupakan sistem homogen yang terdiri dari zat
terlarut dan pelarut. Pelarut yang sering dipakai dalam melarutkan zat terlarut
adalah air.
Zat
terlarut memiliki dua sifat berdasarkan perilakunya apabila arus listrik
dialirkan. Sifat pertama, zat terlarut dapat menghantarkan arus listrik,
sehingga larutan yang terbentuk mengalami perubahan kimia dan mampu
menghantarkan arus listrik. Larutan tersebut dinamakan larutan elektrolit.
Sifat
kedua, zat yang apabila dilarutkan ke dalam air tidak dapat menghantarkan arus
listrik dan tidak ada perubahan kimia, sehingga larutan yang terbentuk
dinamakan larutan nonelektrolit.
Semua
larutan anorganik, baik asam, basa, maupun garam memiliki sifat mampu menghantarkan
arus listrik. Sedangkan semua larutan yang berasal dari zat organik seperti
gula tebu, manosa, glukosa, gliserin, etanol, dan urea, tidak mampu
menghantarkan arus listrik.
2. Daya
Hantar Larutan
Air yang murni tidak akan menghantarkan listrik. Tetapi jika
zat yang bersifat asam, basa, maupun garam telah dilarutkan di dalamnya,
larutan yang dihasilkan akan mampu menghantarkan arus listrik. Secara
sederhana, kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji
dengan alat uji elektrolit. Alat uji elektrolit tersebut terdiri atas sebuah bejana yang dihubungkan
dengan dua buah elektrode. Elektrode elektrode tersebut dihubungkan pada saklar
dan lampu. Jika larutan elektrolit dimasukkan ke dalam bejana tersebut, lampu
akan menyala. Sedangkan jika larutan nonelektrolit yang dimasukkan, lampu tidak
akan menyala. Arus listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan oleh migrasi
partikel-partikel bermuatan.
Selain
ditandai dengan menyalanya lampu, pada larutan elektrolit juga terdapat
perubahan-perubahan kimia yang dapat diamati. Salah satu perubahan tersebut
berupa timbulnya gelembung-gelembung gas, perubahan warna larutan, atau bahkan
terbentuk endapan.
3.
Kekuatan Daya Hantar Larutan
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa arus listrik dalam
larutan elektrolit dihantarkan oleh partikel-partikel bermuatan. Untuk
menjelaskan fakta tersebut, Svante August Arrhenius (1884) mengemukakan
teorinya tentang dissosiasi atau
ionisasi
elektrolit. Teori ini menyebutkan bahwa zat elektrolit apabila dilarutkan dalam
air, akan berdissosiasi menjadi atom-atom atau gugus atom yang bermuatan.
Atom-atom atau gugus atom bermuatan tersebut merupakan ion-ion yang
menghantarkan arus dalam elektrolit secara migrasi. Ion-ion tersebut bermuatan
positif (kation) dan bermuatan negatif (anion) serta bergerak menuju elektrode
yang muatannyaberlawanan.
Reaksi
ionisasi atau dissosiasi elektrolit tersebut merupakan reaksi bolak-balik
(reversible). Ionisasi elektrolit dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) →
Na+(aq) + Cl–(aq)
Mg2+(aq) + SO4 2–(aq)
→ MgSO4(aq)
Ca2+(aq) + 2Cl–(aq) →
CaCl2(aq)
2Na+(aq) + SO42-
(aq) → Na2SO4(aq)
Oleh karena
larutan harus bersifat netral, besarnya jumlah total muatan-muatan positif
harus sama dengan muatan negatif dalam suatu larutan. Jumlah muatan yang dibawa
oleh sebuah ion besarnya sama dengan valensi ion tersebut.
Berdasarkan
kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Larutan elektrolit
kuat, yaitu larutan
yang memiliki daya hantar listrik besar. Larutan elektrolit kuat terionisasi
sempurna di dalam air. Jika diuji dalam penguji elektrolit sederhana, lampu
akan menyala terang. Contoh larutan elektrolit kuat antara lain larutan NaCl,
KOH, H2SO4, dan HCl.
b. Larutan elektrolit
lemah, yaitu
larutan yang memiliki daya hantar kecil karena tidak semua zat terionisasi,
atau hanya mengalami ionisasi sebagian. Jika diuji dengan penguji elektrolit
sederhana, lampu akan menyala redup. Contoh larutan elektrolit lemah adalah
larutan cuka dan amonia.
c.Larutan
nonelektrolit, larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini tidak akan terionisasi
dalam larutan. Proses ionisasi dipengaruhi oleh konsentrasi. Untuk membedakan
larutan elektrolit dan nonelektrolit, dapat menggunakan derajat dissosiasi (α).
Derajat dissosiasi adalah fraksi molekul yang benar-benar terdissosiasi. Atau
dapat juga merupakan perbandingan mol zat terionisasi dengan mol zat mula-mula.
Derajat dissosiasi dapat dinyatakan dengan rumus:
α = (Mol zat ter ionisasi)
(Mol Zat mula mula)
Nilai α dapat berubah-ubah, antara 0 dan 1, dengan ketentuan
sebagai berikut.
α = 1, larutan terdissosiasi sempurna = elektrolit kuat
0 < α < 1, larutan terdissosiasi sebagian = elektrolit
lemah
α = 0, larutan tidak terdissosiasi = nonelektrolit
PERBANDINGAN LARUTAN ELEKTROLIT KUAT DENGAN ELEKROLIT LEMAH
Elektrolit Kuat
- Asam-asam kuat ( asam halogen, HNO3, H2SO4 )
- Basa-basa kuat ( Basa alkali,
Sr(OH)2, Ba(OH)2 )
- Hampir semua garam adalah
elektrolit kuat
- Reaksinya berkesudahan
(berlangsung sempurna ke arah kanan)
Elektrolit Lemah
- Asam –asam lainnya adalah
asam-asam lemah.
- Basa-basa lainnya adalah
basa-basa lemah.
- Garam yang tergolong elektrolit
lemah adalah garam merkuri (II)
- Reaksinya kesetimbangan
(elektrolit hanya terionisasi sebagian).
4.
Larutan Elektrolit dan Ikatan Kimia
Kemampuan untuk menghantarkan arus listrik tidak hanya
dimiliki oleh senyawa ionik. Beberapa senyawa kovalen juga mampu menghantarkan
listrik. Meski demikian, senyawa kovalen dan ionik memiliki beberapa perbedaan
dalam menghantarkan arus listrik.
a. Senyawa Ion
Senyawa
ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik. Ikatan ionik
adalah ikatan yang dihasilkan dari perpindahan elektron dari satu atom ke atom
lain. Satu atom memberikan satu atau lebih dari elektron terluarnya. Atom yang
kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) dan atom yang menerima
elektron menjadi ion negative (anion).
Dalam
larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna menjadi ionionnya yang bergerak
bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik. Dalam larutan, senyawa
ionik pada umumnya membentuk larutan elektrolit kuat.
Contoh:
Na+(aq)
+ Cl–(aq) → NaCl(aq)
Ca2+(aq)
+ 2OH–(aq) → Ca(OH)2(aq)
2 K+(aq) + SO2- (aq)
→ K2SO4(aq)
K+(aq)
+ OH– (aq) → KOH(aq)
b. Senyawa kovalen
Senyawa
kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan
kovalen terjadi akibat penggunaan bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom.
Senyawa kovalen nonpolar timbul karena perbedaan elektronegativitas antaratom
yang sangat kecil, bahkan hampir sama. Sementara itu, senyawa kovalen polar
timbul karena perbedaan elektronegativitas yang cukup besar antara dua atom.
Hal
tersebut menyebabkan salah satu atom lebih positif dan yang lain lebih negatif.
Larutan
senyawa kovalen polar mampu menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal
tersebut terjadi karena senyawa kovalen polar dalam air akan terdissosiasi
menjadi ion-ionnya.
Contoh:
HCl(aq)
→ H+ (aq) + Cl– (aq)
2 H+ (aq) + SO-2 (aq)
→ H2SO4(aq)
Beberapa senyawa
kovalen polar tidak terdissosiasi sempurna dalam pelarut air sehingga memiliki
kemampuan daya hantar listrik yang rendah. Hal ini karena dalam pelarut air,
hanya sedikit dari zat tersebut yang terdissosiasi membentuk ion.
Contoh:
(NH4)+(aq) + OH– (aq) → NH3(aq) + H2O(l
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar